Press "Enter" to skip to content

Bertemu Sahabat Kecil di Pidie Jaya

SELEPAS mengajar sebagai dosen tamu di Program Pascasarjana Ilmu Manajemen (PPIM) Unimal,Lhokseumawe, saya melanjutkan perjalanan menuju Pidie Jaya. Kabupaten yang sejak 7 Desember 2016, menyita perhatian banyak “mata”, karena baru dilanda gempa hebat berkekuatan 6,5 SR.

Kedatangan saya dan teman-teman salah satunya adalah komitmen saya dengan beberapa pihak untuk mengajar di “kelas tenda”, dimana anak-anak korban gempa Pidie Jaya masih bersekolah disana, sambil mengantar oleh-oleh dari sahabat-sahabat yang menitipkan buat mereka.

Selepas mengajar di Program Pascasarjana Ilmu Manajemen (PPIM)Unimal,Lhokseumawe, saya melanjutkan perjalanan menuju Pidie Jaya. Kabupaten yang sejak 7 Desember 2016, menyita perhatian banyak “mata”, karena baru dilanda gempa hebat berkekuatan 6,5 SR.

Kedatangan saya dan teman-teman salah satunya adalah komitmen saya dengan beberapa pihak untuk mengajar di “kelas tenda”, dimana anak-anak korban gempa Pidie Jaya masih bersekolah disana, sambil mengantar oleh-oleh dari sahabat-sahabat yang menitipkan buat mereka.

Saya tiba di MI Ulim, Pidie Jaya pukul 10 pagi, dimana pelajaran IPA/Science baru saja dimulai. Pak Rasidin, kepala sekolah disana mempersilahkan saya masuk kedalam kelas 6, didampingi Ibu Aisyah, guru yang juga salah satu korban gempa, Pidie Jaya.

Anak-anak sangat antusias. Kami belajar dan berdiskusi sambil bercanda. Sesekali ada yang terlihat bersedih ketika kami mulai bicara bagaimana cara menyelamatkam diri ketika gempa terjadi? apa yang harus dilakukan?

Pasca bertemu di kelas , kami juga sepakat membuat contigency plan. Bagaimana cara mereka meyelamatkam diri dan mengajak orang tua mereka dirumah untuk menentukan titik pertemuan dengan keluarga di tempat yang aman jika terjadi bencana.

Anak-anak senang sekali. Kami berjanji akan bertemu kembali dalam waktu tidak lama lagi

Anak – anak punya perasaan mendalam seperti orang dewasa. Hanya saja mereka belum mempunyai perbendaharaan kata yang cukup untuk mengungkapkan “emosi” yang mereka miliki. Cara yang paling tepat adalah, mendengarkan mereka dan berada ditengah-tengah mereka saat dibutuhkan.

Trimakasih kepada teman-teman semua yang sudah membantu mewujudkan ini, saudara-saudara di tanggerang selatan, Jakarta dan banyak tempat yang sudah mendukung kegiatan ini. Semoga Allah membalas semua kebaikkan kalian semua. Aamiin

Credit Foto : Teuku Ade Ferdian