Dua tahun yang lalu, putri sulungku Gebryna Fairuzzanty Pandinny (Geby), kini 3,9 tahun, merengek-rengek minta sekolah, setiap dia melihat cerita anak-anak di TV dan majalah anak-anak yang ada adegan berangkat ke sekolah. Pad saat itu Geby berusia dua tahun pas. Namun, kemempuan dia berbicara sudah sangat lancer dan tak ada satu katapun yang dia ucapkan cadel, semua beres ketika keluar dari bibir mungilnya itu.
Hmm bisa kubayangkan Geby pasti merasa senang dengan banyaknya teman yang akan dia jumpai di sekolah, dan indahnya bermain bersama teman teman nya. Namun karena umurnya belum cukup tiga tahun, aku dan istriku sepakat tak mengizinkanya. Kami kuatir nanti dia cepat bosan dan akhirnya libur lagi sekolahnya
Ternyata dari hari ke hari, terus dan terus saja dia minta sekolah lagi. Katanya padaku suatu hari, “Papa, nanti kalau kakak sekolah (kaka- begitu ia menyebut namanya), kaka mau belajar yang rajin dan mau jadi dokter objin (dokter kandungan-red)”, biar kaka bias nolong adik kecil supaya tidak cengeng.
Kok bisa ya dia menyebutkan cita-cita itu. Semua aku berfikir, mungkin istriku lah yang mencekoki anak ku dengan pikiran dan cita-cita kalau sudah besar menjadi dokter. Dugaanku salah. Ternyata Geby memerhatikan aku dan istri setiap kali berdiskusi, tentang apa kata dokter kandungan langganan istriku, terhadap perkembangan janin yang tengah dikandung istriku, pada saat itu. Hmmm dia begitu pasih menyebutkan objin (obgine-red), dengan ucapan yang keluar dari bibir mungilnya
“Mama, apa kata Pak dokter objin nya? Kapan adek nya bisa dibawa pulang? Hmm bahasa-bahasa “ajaib” itu sering dan suka muncul dari bibirnya, yang kadang susah terduga dan ditebak. Dalam benek Geby, adik yang dikandung mamanya pada saat itu belum bias dibawa pulang, karena mama dan papa belum membelikan tempat tidur baru untuk adiknya.hehe
Don’t Cry Adek, I Love You
Cerita-cerita menarik seputar perkembangan anak terus kualami, dan meberikan kejutan-kejutan indah bagi ku dan istri. Kami sangat larut dan menikmati suasana dan mencatat semua perubahan itu. Kata salah seorang Ibuku (yang aku panggil Ibu), Betty K Taruck, yang kebetulan seorang Psikolog juga, masa perkembangan anak itu merupakan Golden time (waktu emas) bagi orang tua yang tidak mungkin dating dan terulang lagi untuk setiap anak. Artinya masa-masa lucu gak akan terulang lagi karena manusia terus berkembang maju, dan gak aka nada waktu mundur. Benar juga, saat-saat waktu emas itu serimng keajaiban-keajaiban muncuyl dan mengundang derai tawa
Bagaimana ceritanya tentang kisah Don’t Cry Adek, I love you, juga mengundang tawa dan kekaguman pada seorang anak kecil.
Ceritanya begini. Geby sudah mulai aktif menanyakan banyak hal yang ada di benaknya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kami (aku dan istri ) harus ekstra mikir untuk menjawabnya.
Menurut Ibu Yuni, guru kelas anak ku di Playgrup Selaras Cita, Geby adalah anak yang sangat prosedural, dan senang mempraktekkan pelajaran disekolah. Terutama pelajaran bahasa dan menulis angka. Sewaktu dia sedang belajardirumah (dalam pengawasanku), tiba-tiba datang tamu kerumah kami, dan mengetuk pintu dengan ucapan salam. Karena merasa diajarkakan di sekolah nya, kalau masuk ketuk pintu dan mengucapkan salam, serta jangan masuk kalau belum dipersilahkan, dia heran ketika melihat tamu yang datang langsung nyelonong ke dalam rumah, karena udah melihat istriku di dalam.
Sepulang tamu ku, Geby mendekat dan bilang, “ Papa, tante a putu itu dulu gak sekolah di selaras cita ya?.. tentu saja pertanyaan nya kenapa kok Mba’ Putu, temen istriku yang dia panggil tannte putu itu gak prosudural, belum disuruh masuk udah masuk.
Hmmm, sulit memeng kalau mengajarkan disipilin pad anak-anak, sementara prakteknya dia sering melihat orang dewasa tak disiplin. Suatu kali sampai keduanya nangis-nangisan. karene rebutan mainan dengan adiknya Caesar Zia Bawana (Caesar).
Karena bertengkar, mereka kudamaikan, sambil dinasehati (ala anak-anak) sesama saudara saling menyayangi dan nggak boleh bertengkar, mereka mulai tersenyum dan maaf-maafan. Akhirnya dengan sisa-sisa suara tangisan yang masih terjengar jelas olehku, di sepan mama dan kakek-neneknya, aku bilang kakak harus bisa ngasih tau adik-nya pelan- pelan kalau ini mainan kakak, itu mainan adek
Setelah maaf-maafan itu tangis Caesar masih belum berhenti. Tadinya udah mulai tinggal suara tangisan yang kecil-kecil saja, lama kelamaan suara tangisanya kenceng lagi. Membuat kami panik dan bingung, kok udah berhenti nangis lagi..
”Sudah Dek Caesar, jangan nangis lagi ya”, begitu bujuk Geby pada Caesar. Tapi, Caesar masih belum menunjukan tanda-tanda kalau nagisnya mau berhenti. Tiba-tiba Geby bilang ke aku. “Papa, kalau bilang adek jangan nangis, gimana bahasa inggrisnya. Saya bingung, terus mengucapkan, Don’t Cry adek, I Love You
Kami (aku, istri dan geby) membujuk caesar dengan rayuan dari ide geby. Don’t Cry Adek, I love you. Terlepas karena ucapan itu atau bukan, Caesar diam (mungkin karena leleh menangis).
Tiga bulan kemudian, suatu hari Geby yang menangis, karena tidak dibolehkan minum ice cream, karena dia gampang pilek kalau kebanyakan minum ice cream. Melihat tangisnya tak mau berhenti, aku menggendong anak perempuanku itu, sambil mengajak melihat-lihat anak-anak naik sepeda di halaman depan rumah. Tapi apa disangka? Yang terjadi, Geby belum juga berhenti nangis, padahal aku dan istri udah bilang, “ jangan nangis lagi Nak, nanti suaranya serak dan capek”. Tapi tetep aja masih ada suara-suara lirih seperti tak rela menuntaskan tangisanya
Selisik punya selidik, istriku nanya. “Kakak, kok nggak berhenti nangsinya, kenapa?. Udah ya, nanti mama buatkan susu coklat pengganti ice cream nya”, ucap istriku menuntaskan rayuanya pada anak perempuan kami.
Tak disangka, Geby dengan gaya manja, bilang dia nggak mau berhenti menangis kalau belum dibilang kayak adek pake bahasa inggris “ don’t cry Kakak, I love you” oleh papanya. Begitu kata istriku. Aku yang lagi membenahi komputer istriku di kamar, buru-buru keluar sambil menggendong Caesar, menghampiri Geby yang lagi duduk di atas karpet di ruang tamu kami, sambil berucap, Don’t Cry Kakak, I love you….
Bahasa dan keajaiban anak-anak emang tak disangka-sangka. Seperti pagi kemarin, Geby bilang padaku lewatt telpon. “Papa, kakak cita-citanya nggak menjadi dokter lagi”. Terus apa Nak? Kataku
“Kakak mau jadi presiden, karena kata ibu guru disekolah, anak-anak yang sekolah di selaras cita harus bisa jadi presiden”. Hmm aku terbelalak mendengarnya. Mungkinkah bahasa ibu guru yang menyemangati itu, membuat dia berubah cita-cita?
Masih terlalu dini aku untuk membahasnya. Yang lucu adalah, setelah itu geby bilang kalau nanti mau jadi presiden, siapa yang mengantar dan , apakah nanti Om Eko (supir antar jemput sekolah) masih mau menjemput Geby ke sekolah Play Grup Selaras Cita, Pa?
Dia tidak tau, kalau cita-cita itu akan terjadi masih dalam waktu yang lama (anak-anak ya):-). Pertanyaan yang terakhir, membuat aku menjawab dengan hangat sambil membisikan ke telinganya. “Nanti kalau kakak jadi presiden, Papa yang akan menemani kaka. Hmm sebuah jawaban, yang aku sendiri ceplos menjawabnya.
Dunia anak-anak memang lucu dan mengagumkan.
Kasih dan rindu untuk buah hatiku : Geby dan Caesar. : Don’t Cry My Dear, I love you