Press "Enter" to skip to content

SeBuku

Kabjil

Menjelang tahun baru 2020, saya mendapat hadiah sebuah buku dari seorang profesor. Judulnya, “Tak Mungkin Membuat Semua Orang Senang”. Buku yang ditulis oleh Jeong Moon Jeong ini mengulas hal-hal yang perlu diketahui setiap orang untuk menghadapi orang yang kelewat batas…

Jangan Baper

KATA seorang mentor saya dulu, hanya orang “gila diakui” yang banyak bicara dan hanya orang bijak yang mampu memisahkan antara dia bicara benar atau asal bicara. Sebab, menjadi pintar bukan berarti mengumumkan dia pintar, tapi justru dari pengakuan orang-orang lain…

Industri Memaafkan

Kolom: Industri Memaafkan SUATU pagi di awal Februari 2020, saya mendapat pesan undangan dari Direktur Eksekutif Daerah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Aceh. Ia seorang sahabat baik saya, Eva Khovivah. Saya diundang hadir untuk bertemu dengan Shimizu Kyoko, Program Coordinator…

Secangkir Histori Kopi

SAYA berdiri tegak di Puncak Burni Telong. Pada ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut.  Ada pemandangan bak mutiara dan hamparan luas hijau menghiasi kaki gunung ini. Gunung yang pernah meletus pada 7 Desember 1924 itu berjarak 5 km dari Kota Redelong, Ibukota Kabupaten Bener Meriah. Masyarakat Gayo menyebut Burni Telong dengan Burni Cempege, bermakna gunung yang dipenuhi belerang.

Bertemu Sahabat Kecil di Pidie Jaya

SELEPAS mengajar sebagai dosen tamu di Program Pascasarjana Ilmu Manajemen (PPIM) Unimal,Lhokseumawe, saya melanjutkan perjalanan menuju Pidie Jaya. Kabupaten yang sejak 7 Desember 2016, menyita perhatian banyak “mata”, karena baru dilanda gempa hebat berkekuatan 6,5 SR.

Belajar dari Sejarah Bencana Sumatera

Anggota Kepolisian dari Polda Aceh sedang melakukan pembersihan puing bangunan runtuh pasca gempa Pidie Jaya, 7 Desember 2016
Anggota Kepolisian dari Polda Aceh sedang melakukan pembersihan puing bangunan runtuh pasca gempa Pidie Jaya, 7 Desember 2016

ACEH dan Sumatera Utara (Sumut) pernah mengalami kondisi sulit, berada pada titik nol dari sebuah dampak megadisaster dahsyat yang terjadi di Samudera Hindia pada 26 Desember 2004.

SAYA DIANTARA TITIK NOL DAN PENGETAHUAN BENCANA

photo_2016-12-07_23-04-50

SUATU hari pada akhir Desember 2004 di posko pengungsian. Saya mendengar teriakan: “air.. air.. gempa.. gempa.. air naik!” Saya dan istri yang sedang hamil anak pertama delapan bulan bergegas memungut barang yang ada.